Senin, 04 Juli 2011

Penelitian Tindakan Kelas Kanti


LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS




PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN BACAAN BERHURUF JAWA MELALUI TEKNIK BERJENJANG PADA SISWA KELAS VIII-G SMP NEGERI 36 SEMARANG

Oleh:

KANTI SUBIARTI, SPd.

GURU SMP NEGERI 36 SEMARANG

DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG

TAHUN 2008
HALAMAN PENGESAHAN

MATA PELAJARAN : BAHASA JAWA

JUDUL : PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA JAWA DENGAN BERMAIN PERAN MATERI UNGGAH UNGGUH BASA JAWA PADA KELAS VII-A SMP NEGERI 9 SEMARANG

Diajukan oleh :

Nama : KANTI SUBIARTI, SPd.

Unit Kerja : SMP NEGERI 36 SEMARANG

Telah diteliti dan dinyatakan layak untuk dapat dilaksanakan penelitian.

Mengetahui Semarang, Desember 2008

Kepala Sekolah Ketua Peneliti

Dra. Yuli Heriani, MM Kanti Subiarti, SPd

NIP. 131754584 NIP. 131910033


KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan karya tulis dalam rangka Penelitian Tindakan Kelas dapat terselesaikan dengan lancar. Karya tulis ini mengambil judul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN BACAAN BERHURUF JAWA MELALUI TEKNIK BERJENJANG PADA SISWA KELAS VIII-G SMP NEGERI 36 SEMARANG”.

Hasil penulisan ini dapat penulis manfaatkan sebagai masukan dalam memperkaya metode mengajar yang menjadi tanggung jawab seorang guru. Selain itu dapat pula dimanfaatkan oleh rekan sesama guru untuk menjadi alternatif metode mengajar. Penulis berkeyakinan bahwa setiap guru mempunyai metode tersendiri dalam melaksanakan tugas.

Karya tulis ini jauh dari sempurna sehingga masukan dari berbagai pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Disamping itu dapat penulis gunakan untuk memunculkan ide-ide metode megajar yang lain. Penulis berharap dengan kreativitas seorang guru, pendidikan Indonesia dapat bersaing dengan negara lain sehingga selama ini pendidikan Indonesia tidak tertinggal dan tidak menjadi cemoohan negara lain.

Amin!

Semarang, Desember 2008

Penulis.


DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Pengesahan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

  1. Latar Belakang......................................................................................... 1
  2. Identifikasi Masalah................................................................................. 4
  3. Pembatasan Masalah................................................................................. 6
  4. Tujuan Penelitian...................................................................................... 6
  5. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI............................................................................. 8

  1. Keterampilan Membaca............................................................................ 8
  2. Bacaan Berhuruf Jawa.............................................................................. 14
  3. Teknik Pembelajaran Berjenjang.............................................................. 15
  4. Kerangka Berfikir..................................................................................... 17
  5. Hipotesis................................................................................................... 17

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 18

  1. Desain Penelitian...................................................................................... 18
  2. Subjek Penelitian...................................................................................... 25
  3. Variabel.................................................................................................... 26
  4. Instrumen.................................................................................................. 27
  5. Uji Instrumen............................................................................................ 31
  6. Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 31
  7. Teknik Analisis Data................................................................................ 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 35

  1. Hasil Penelitia........................................................................................... 35

BAB V PENUTUP.............................................................................................. 64

  1. Kesimpulan............................................................................................... 64
  2. Saran......................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA


ABSTRAKSI

Adanya kerpihatian peneliti terhadap rendahnya motivasi siswa dalam mempelajarai mata pelajaran Bahasa Jawa, maka perlu dicari penyebabnya. Setelah mengetahui penyebab dari rendahnya minat belajar siswa maka peneliti mengemukakan salah satu metode dalam pembelajaran yang diberikan judul ” PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN BACAAN BERHURUF JAWA MELALUI TEKNIK BERJENJANG PADA SISWA KELAS VIII-G SMP NEGERI 36 SEMARANG”.

Sebagai sasaran penelitian adalah siswa kelas VIII-G semester 1 tahun 2008 di SMP N 36 Semarang. Metode penelitian adalah memberikan tes tertulis dan angket yang harus diisi oleh siswa. Dari hasil angket ini diperoleh hasil sebagai berikut:

Berdasarkan hasil itu maka diambil kesimpulan bahwa:

1. Siswa belum mengikuti pelajaran secara maksimal.

2. Guru masih kurang maksimal dalam memberikan pelajaran dengan metode ceramah dan memberikan contoh dialog.

Agar perkembangan belajar siswa dapat meningkat maka kelemahan itu perlu dicarikan solusi. Adapun solusi dari kelemahan ini adalah:

1. Siswa perlu diberikan motivasi sehingga belajarnya dapat meningkat dan maksimal.

2. Guru perlu memberikan berbagai macam metode mengajar dan memberikan pelayanan sebaik-baiknya terhadap siswa.

3. Guru perlu berkoordinasi dengan orang tua agar selalu mematau perkembangan anak dalam belajar.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan nasional pada dasarnya mengacu pada kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal. Kurikulum nasional adalah kurikulum yang berlaku secara nasional yang ditetapkan oleh Mendikbud atau pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen berdasarkan pelimpahan wewenang dari Mendikbud. Contoh mata pelajaran yang diajarkan dengan menggunakan kurikulum nasional adalah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan, Pendidikan Seni. Adapun kurikulum muatan lokal adalah kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan. Misalnya di daerah Jawa Tengah mata pelajaran yang diajarkan dengan menggunakan kurikulum muatan lokal adalah mata pelajaran bahasa Jawa.

Dalam mata pelajaran bahasa Jawa, kurikulum berarti seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran bahasa Jawa serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar bahasa Jawa. Kurikulum perlu disempurnakan agar mutu pendidikan secara nasional dapat meningkat. Diversivikasi kurikulum ini merupakan tuntutan desentralisasi pendidikan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 (Pasal 4) tentang Pemerintah Daerah yang menegaskan adanya kewenangan provinsi, kabupaten, dan kota untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Puskur (2003:1) menarik simpulan sebagai berikut.

Agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai dengan mutu nasional dan internasional, kurikulum perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Jawa yang searah dengan jiwa perubahan yang mendasar dalam pengelolaan pendidikan. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Jawa adalah kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk mata pelajaran bahasa Jawa; kompetensi dalam mata pelajaran bahasa Jawa yang harus dimiliki seorang siswa; atau kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam mata pelajaran bahasa Jawa. Uraian dari standar kompetensi disebut kompetensi dasar. Kompetensi dasar ini mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan sastra.

Pada kompetensi dasar membaca, mata pelajaran bahasa Jawa berbeda dengan mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam mata pelajaran bahasa Jawa siswa harus menguasai dua keterampilan sekaligus yaitu membaca bacaan berbahasa Jawa dengan huruf latin dan membaca bacaan berbahasa Jawa dengan huruf Jawa. Agar dapat terampil membaca bacaan berbahasa Jawa dengan huruf Jawa, siswa harus memahami bahasa Jawa dan mengenal huruf Jawa.

SMP 36 Semarang adalah salah satu dari SMP di kota Semarang yang telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk masing-masing mata pelajaran, termasuk di dalamnya mata pelajaran bahasa Jawa. Berdasarkan pengamatan peneliti pada siswa kelas VIII SMP, pelaksanaan KTSP khususnya pada kompetensi dasar membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa keberhasilannya baru 60%.

Kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang masih sangat kurang maksimal dibandingkan dengan kelas VIII yang lainnya. Tingkat pemahaman bacaan hanya sebesar 50%. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan. Kesulitan membaca bacaan berhuruf Jawa sering memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan adanya gerakan-gerakan yang penuh ketegangan seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir. Siswa-siswa kelas ini juga sering memperlihatkan adanya perasaan tidak aman yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca, mengeluh, atau mencoba melawan guru.

Kekurangberhasilan penerapan KTSP pada mata pelajaran bahasa Jawa khususnya pada kompetensi dasar membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa tidak sepenuhnya bersumber dari guru. Dalam hal ini, siswa juga menjadi faktor penyebab kekurangberhasilan tersebut.

Pada saat membaca siswa-siswa sering kehilangan jejak sehingga sering terjadi pengulangan atau ada baris yang terlompat sehingga tidak dibaca. Para siswa juga sering memperlihatkan adanya gerakan kepala ke kiri atau ke kanan, dan kadang-kadang meletakkan kepalanya pada buku. Siswa-siswa yang kesulitan membaca bacaan berhuruf Jawa juga sering memegang buku bacaan yang terlalu menyimpang dari kebiasaan normal yaitu jarak buku dengan mata terlalu dekat.

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (Lerner dalam Wiryodijoyo 1989:349). Mengingat pentingnya kemampuan membaca, maka anak harus belajar membaca dan kesulitan belajar membaca harus diatasi secepat mungkin.

Dalam kegiatan belajar mengajar, latihan-latihan sangat penting artinya. Betapa banyak orang mempelajari beberapa keterampilan baru, tetapi sangat sedikit mendapatkan latihan, atau tidak mendapatkan latihan sama sekali. Agar pekerjaan guru dapat berhasil perlu banyak memberikan latihan-latihan kepada para siswa untuk keterampilan-keterampilan yang diajarkan, termasuk di dalamnya keterampilan atau kemampuan membaca. Salah satu bentuk latihan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca khususnya membaca bacaan berhuruf Jawa adalah latihan berjenjang.

Dengan pembelajaran latihan berjenjang diharapkan dapat memperkuat keterampilan atau kemampuan membaca, dengan kata lain dapat membuahkan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa pada siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang, karena teknik pembelajaran latihan berjenjang ini dimulai dari yang mudah lalu meningkat ke yang sukar sehingga siswa mulai dari pemikiran yang sederhana terlebih dahulu.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa, masalah yang sering ditemukan yaitu: a) siswa kurang mengenal huruf Jawa, pasangan, sandhangan, angka, aksara murda, dan sebagainya; b) metode yang digunakan oleh guru belum tepat sehingga kurang mengena bagi siswa; c) belum tersedianya media pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mengajar; d) bahasa Jawa dianggap sebagai pelajaran yang sulit tetapi sebagian besar siswa menyepelekannya.

Tingkat membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang masih kurang maksimal, yaitu 50%. Di samping tingkat pemahaman yang cukup rendah, ada beberapa perilaku siswa yang menjadi indikator kesulitan belajar membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Beberapa indikator tersebut adalah:

1. menunjuk tiap kata yang dibaca dengan jari;

2. menelusuri baris yang sedang dibaca dari kiri ke kanan dengan jari;

3. menelusuri baris-baris yang sedang dibaca dari atas ke bawah;

4. membaca dengan berbisik;

5. mengucapkan kata dengan keras;

6. menggerakkan kepala, bukan mata;

7. menempatkan buku dengan cara yang aneh;

8. menempatkan buku pada jarak pandang yang terlalu dekat;

9. sering melihat gambar, jika ada; dan

10. hanya memandang secara sekilas dan kemudian berkata, “Saya sudah selesai.”

Salah satu kompetensi dasar membaca sesuai dengan KTSP adalah membaca dan memahami bacaan sederhana berhuruf Jawa kurang lebih 10 kalimat (2 alinea). Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, maka keterampilan yang diharapkan adalah keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik pembelajaran latihan berjenjang. Dengan teknik pembelajaran tersebut diharapkan siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang mampu meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa.

1.3 Pembatasan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik pembelajaran latihan berjenjang pada siswa kelas VIIIG SMP 36 Semarang. Peneliti membatasi permasalahan karena peneliti berfokus pada peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dan teknik pembelajaran latihan berjenjang.

Agar keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa meningkat, peneliti menggunakan teknik pembelajaran latihan berjenjang.

1.4 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang setelah mengikuti pembelajaran melalui teknik latihan berjenjang ?

2. Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang setelah mengikuti pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang setelah mengikuti pembelajaran melalui teknik latihan berjenjang.

2. Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang terhadap pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa setelah mengikuti pembelajaran melalui teknik latihan berjenjang.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah: a) menambah khasanah pengembangan pengetahuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, dan b) mengembangkan teori pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, khususnya bagi siswa, guru, dan peneliti lain. Bagi siswa, dengan mengikuti pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang, siswa dapat belajar lebih baik dan meningkat kemampuannya serta berubah tingkah lakunya. Bagi guru, dapat menambah pengetahuan mengenai teknik pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Sedangkan bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai masukan atau referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.


BAB II

LANDASAN TEORETIS

Landasan Teoretis

Teori-teori yang akan dipaparkan berkaitan dengan penelitian ini meliputi teori tentang keterampilan membaca, bacaan berhuruf Jawa, dan teknik pembelajaran latihan berjenjang.

Keterampilan Membaca

Teori tentang keterampilan membaca yang akan dipaparakan di sini meliputi pengertian membaca, tujuan membaca, proses membaca, jenis membaca, membaca pemahaman, serta tujuan membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa kelas VIII dalam kurikulum 2006 mata pelajaran bahasa Jawa SMP/MTs.

2.2.1.1 Pengertian Membaca

Membaca adalah salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Menurut Wiryodijoyo (1989:1) membaca adalah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan. Kegiatan ini melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai keterampilan yang kompleks. Termasuk di dalamnya pelajaran, pemikiran, pertimbangan, perpaduan, pemecahan masalah, yang berarti menimbulkan kejelasan informasi ( bagi pembaca).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa membaca adalah melihat serta memahami apa yang tertulis dengan melisankan atau dalam hati. Membaca dapat diartikan pula sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri maupun orang lain (Depdikbud dalam Mardiyati:2003).

Dari beberapa definisi membaca dan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa membaca adalah salah satu cara untuk berkomunikasi dengan orang lain, juga kepada diri sendiri. Membaca bukan hanya sekedar memahami lambang-lambang bahasa tulis saja, melainkan berusaha memahami, menerima, menolak, membandingkan, dan meyakini pendapat penulis.

2.2.1.2 Tujuan Membaca

Tujuan membaca dianggap juga sebagai modal dalam membaca. Bahkan menurut hasil penelitian, hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Inilah yang mendorong para ahli menyepakati bahwa tujuan membaca merupakan modal utama membaca (Nurhadi 1987:134).

Wiryodijoyo (1989:56-57) berpendapat bahwa tujuan membaca dipengaruhi oleh bahan bacaan yaitu sebagai berikut, (1) membaca untuk kesenangan dengan materi bacaan : roman, novel, cerpen, komik, dan sebagainya, (2) membaca untuk penerapan praktis dengan materi bacaan : buku-buku petunjuk teknis, buku resep masakan, modul keterampilan, dan sebagainya, (3) membaca untuk mencari informasi khusus dengan bahan bacaan : buku petunjuk telepon, ensiklopedi, kamus, dan sebagainya, (4) membaca untuk mendapatkan gambaran umum dengan materi bacaan : buku-buku teori, buku-buku teks, essei, jurnal, dan sebagainya, dan (5) membaca untuk mengevaluasi secara kritis dengan bahan bacaan : roman, novel, puisi, dan sebagainya.

Selain dipengaruhi oleh bahan bacaan, tujuan membaca menurut Wiryodijoyo (1989:57-58) juga dipengaruhi oleh teknik membacanya, yaitu (1) membaca untuk menangkap butir-butir yang penting dan organisasi keseluruhan sebuah tulisan melalui teknik membaca survei, (2) membaca untuk mengetahui isi meteri bahan bacaan dengan cepat melalui teknik membaca cepat, (3) membaca untuk memperkuat pemahaman dan membaca pikiran dengan menambah kecepatan baca melalui teknik membaca frasa, (4) membaca untuk mengerti dengan jelas untuk mengingat informasi dan menggunakannya melalui teknik membaca teliti, (5) membaca untuk mengembangkan kemampuan konsentrasi dan arti yang lebih dalam melalui teknik menyelidiki, (6) membaca untuk mencari keputusan (judgment) dan keterlibatan yang lebih dalam dengan analisis bunyi melalui teknik membaca kritis, dan (7) membaca untuk memperluas kesadaran dan penikmatan sastra melalui teknik membaca indah.

Sementara itu Tampubolon (1987:166-170) berpendapat bahwa tujuan membaca dapat dilihat dari kegiatan membaca sebagai berikut, (1) membaca untuk mencari informasi tertentu, dan (2) membaca untuk studi.

Informasi tertentu yang dimaksud pada kegiatan membaca yang pertama pada umumnya ada tiga macam, yaitu: (a) isi umum buku, (b) isi bab atau seksi tertentu, dan (c) penjelasan tertentu tentang sesuatu ( istilah, definisi, dan lain-lain).

Kegiatan membaca yang kedua yaitu membaca untuk studi ialah membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran jabaran, sehingga pemahaman yang komprehensif (mendalam dan padat) tentang isi buku tercapai. Secara garis besar tujuan membaca itu luas sifatnya karena setiap situasi membaca mempunyai tujuan tersendiri yang bersifat spesifik.

2.2.1.3 Proses Membaca

Proses membaca menurut Buzan (dalam Hernowo 2005:19-24) ada tujuh tahapan, yaitu (1) pengenalan atas simbol-simbol buku, (2) peleburan antara apa yang disampaikan oleh buku dengan apa yang kita miliki, (3) intra-integrasi atau proses menghubung-hubungkan antara materi yang satu dengan materi yang lain (4) ekstra-integrasi atau pengambilan keputusan apakah mau menerima atau menolak berkaitan dengan apa yang disampaikan buku kepada kita melalui analisis, apresiasi, dan seleksi atau kritik, (5) penyimpanan hasil yang kita peroleh dari sebuah buku, (6) pengingatan apa-apa yang kita baca sehingga dapat digunakan lagi suatu saat, dan (7) pengomunikasian hasil yang kita baca dengan orang lain.

2.2.1.4 Jenis Membaca

Membaca sebagai suatu keterampilan dapat dibedakan menjadi beberapa keterampilan. Tarigan (1979:22) membagi jenis membaca menjadi dua jenis, yaitu: (1) membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading atau aloud reading) dan (2) membaca dalam hati (silent reading).

1. Membaca nyaring atau bersuara

Membaca nyaring merupakan suatu keterampilan yang serba rumit, kompleks, banyak seluk beluknya. Pertama menuntut pengertian terhadap aksara di atas halaman kertas dan sebagainya, dan kemudian memproduksikan suara yang tepat dan bermakna.

2. Membaca dalam hati

Membaca dalam hati adalah jenis membaca yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh informasi. Kegiatan membaca dalam hati dibedakan menjadi:

a. Membaca ekstensif

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tujuannya untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat dan dengan demikian membaca secara efisien dapat terlaksana.

b. Membaca intensif

Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek, kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.

Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, menurut Sukarman 1992 dalam Kholis (2002:12-13) terdiri dari berbagai aspek, antara lain aspek situasi, bahana bacaan, kesehatan, dan keluasan wawasan si pembaca. Situasi sekitar pembaca sangat berpengaruh terhadap kegiatan membaca pemahaman seseorang. Sebagai kegiatan represif yang mencoba menelaah isi suatu wacana, kegiatan membaca pemahaman memerlukan situasi yang tenang. Dalam keadaan yang tenang itulah si pembaca dapat mengenal setiap lambang bunyi yang dibacanya. Selanjutnya, lambang-lambang tersebut akan diberi makna dalam proses pemaknaan atau rekonstruksi lambang menjadi bunyi bermakna.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspek bahan bacaan. Aspek ini terutama berkaitan dengan tingkat kesulitan. Bahan bacaan yang memiliki tingkat kesukaran tinggi sangat mungkin menjadi kendali bagi pembaca (siswa) dalam memahaminya. Sebaliknya, bila bahan bacaan tergolong mudah, maka semakin besarlah kemungkinan siswa dapat memahaminya secara baik. Wacana-wacana yang disajikan dalam bentuk kalimat-kalimat yang efektif, menghindari unsur asing yang tidak perlu, dan memiliki pola penalaran yang runtut, sangat membantu pembaca (siswa) dalam memahami wacana yang dihadapinya.

Kegiatan membaca pemahaman dipengaruhi pula oleh aspek kesehatan si pembaca (siswa). Kesehatan yang baik memungkinkan pembaca dapat melakukan kegiatannya secara baik pula, di samping karena dukungan situasi dan bahan bacaan.

Aspek lain yang tidak dapat diabaikan adalah aspek keluasan wawasan. tingkat keluasan wawasan diyakini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap tingkat kemampuan membaca pemahaman seseorang. Hal ini akan tampak secara nyata apabila pembaca berhadapan dengan bentuk-bentuk yang asing baginya. Luasnya wawasan seseorang, terutama yang berkaitan dengan bahan yang dibacanya, akan sangat menolong dalam usahanya memahami suatu bacaan.

2.2.1.5 Tujuan Membaca dan Memahami Bacaan Berhuruf Jawa Kelas VIII dalam Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Bahasa Jawa SMP/MTs

Dalam kurikulum 2006, standar Kompetensi untuk keterampilan membaca adalah sebagai berikut.

1. Mampu membaca dalam hati (tak bersuara) dan memahami isi bacaan baik sastra maupun nonsastra.

2. Mampu membaca nyaring (bersuara) sesuai dengan lafal, intonasi, dan irama yang sesuai.

3. Mampu membaca indah.

4. Mampu membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa.

Sesuai dengan standar kompetensi yang terakhir yaitu membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa, maka tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Siswa mampu membaca lancar bacaan berhuruf Jawa.

2. Siswa mampu menyalin bacaan ke dalam huruf latin.

3. Siswa mampu menjelaskan isi bacaan.

4. Siswa mampu menjawab pertanyaan bacaan.

2.2.2 Bacaan Berhuruf Jawa

Dalam penelitian ini, yang dimaksud bacaan berhuruf Jawa adalah bacaan berbahasa Jawa yang disajikan dengan tulisan huruf atau aksara Jawa. Membaca bacaan berhuruf Jawa merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa. Sesuai dengan KBK mata pelajaran bahasa Jawa SMP/MTs, siswa kelas VIII diharapkan mampu membaca dan memahami bacaan sederhana berhuruf Jawa kurang lebih 10 kalimat (2 alinea).

Aksara Jawa yang dipergunakan di dalam ejaan bahasa Jawa termasuk huruf yang bersifat silabis atau kesukukataan, sehingga huruf yang satu dengan yang lain apabila digabungkan dapat membentuk sebuah kata. Misalnya, nt nata ‘mengatur’,lr lara ‘sakit’,dan sp sapa’siapa’.

Perangkat huruf Jawa ada bermacam-macam yaitu carakan atau dentawyanjana, pasangan, sandhangan, angka, dan pada (Sudaryanto 1991). (1) Carakan yaitu huruf baku dalam tulisan Jawa. Jumlahnya 20 buah, yang diawali huruf ha a sampai dengan nga z. Masing-masing huruf dalam carakan itu disebut aksara legena, yaitu aksara atau huruf yang belum mendapat sandhangan atau aksara yang belum berubah dari asalnya karena belum mendapat penanda bunyi lain. (2) Pasangan yaitu bentuk atau cara penulisan lain huruf Jawa yang berjumlah 20 buah guna menghubungkan suku kata mati dengan suku kata berikutnya. (3) Sandhangan yaitu penanda bunyi pada aksara Jawa yang menandai aksara itu sehingga berbunyi lain dari asalnya. Sandhangan ada empat macam yaitu sandhangan swara, wyanjana atau pambukaning wanda, panyigeging wanda, dan pangkon. (4) Angka Jawa yaitu angka dalam huruf Jawa, jumlahnya yang pokok ada 10 buah. (5) Pada yaitu tanda baca dalam tulisan Jawa yang digunakan dalam wacana, baik dalam hubungannya dengan penghormatan di dalam tembang maupun dalam kalimat biasa sebagai perwujudan intonasi. Wujudnya bermacam-macam, misalnya : pada luhur, pada lingsa, pada lungsi, pada adeg-adeg, pada pangkat, dan sebagainya.

Selain menggunakan perangkat huruf Jawa, dalam sebuah bacaan berhuruf Jawa juga sering ditemukan adanya aksara murda, aksara swara, dan aksara rekan.

Sudaryanto (1991:242) menarik kesimpulan sebagai berikut.

Aksara murda adalah huruf kapital dalam tulisan Jawa. Gunanya untuk menuliskan gelar, nama pembesar, atau nama diri lainnya yang jika dalam ejaan latin harus ditulis dengan huruf kapital. Jumlahnya ada 8 buah dan memiliki 8 buah pasangan. Aksara swara gunanya untuk menuliskan kata-kata asing. Jumlahnya ada 5 buah, yaitu : /a/. /i/, /e/, /o/, dan /u/. Masing-masing aksara tersebut namanya adalah a kara, i kara, e kara, o kara, dan u kara. Sedangkan aksara rekan yaitu aksara buatan untuk menandai huruf yang berasal dari bahasa asing, terutama Arab. Huruf tersebut diciptakan karena abjad Jawa yang jumlahnya 20 buah belum mencukupi. Aksara rekan bentuknya berupa aksara Jawa tetapi di atasnya diberi cecak 3 buah. Jumlahnya ada 5 buah, yaitu: /kha/, /dza/, /fa/va/, /za/, dan /gha/.

2.2.3 Teknik Pembelajaran Latihan Berjenjang

Kegiatan membaca memerlukan pemusatan perhatian, kecepatan, dan ketepatan. Oleh karena itu, membaca dilakukan secara sadar dan berkemauan. Dalam psikologi asosiasi belajar adalah pembentukan hubungan stimulus respons sebanyak-banyaknya. Siswa yang menguasai stimulus respons dari bahan yang diajarkan di sekolah adalah siswa yang pandai atau berhasil dalam belajar. Pembentukan stimulus dapat dibentuk melalui latihan-latihan.

David (dalam Fatmawati 2005:34) mengajukan jenis latihan yang ringan yaitu “Latihan Berjenjang”, suatu latihan yang terkontrol bagi siswa, diperkenalkan dengan latihan yang bersifat komprehensif pada awalnya dan sampai pada akhirnya pada latihan yang bersifat aplikatif. Latihan berjenjang ini menekankan pada pemberian latihan yang aktif dan sederhana. Maksudnya menjadikan belajar bahasa itu bukan sebagai beban mental tetapi lebih merupakan sebagai pengulangan dan peniruan yang relatif ringan dan sering. Sering dalam hal latihan berjenjang ini maksudnya adalah teratur dan bertahap.

2.2.3.1 Kelebihan Teknik Pembelajaran Latihan Berjenjang

Kelebihan teknik pembelajaran latihan berjenjang untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa adalah sebagai berikut.

1. Siswa mampu membaca bacaan berhuruf Jawa secara berkesinambungan.

2. Siswa mempunyai harga diri yang lebih bila mampu membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa.

3. Penciptaan suasana lebih santai karena tidak ada penekanan.

4. Kegiatan siswa di dalam kelas lebih dominan. Para siswa sibuk berpikir, bernalar, dan bekerja sehingga kelas terlihat tertib dan tenang.

5. Keberhasilan tiap individu dapat dipantau sedini mungkin, sehingga langsung dapat diperbaiki.

6. Siswa tidak merasa jenuh atau bosan dengan latihan yang berkesinambungan atau bertahap.

Kelemahan Teknik Pembelajaran Latihan Berjenjang

Kelemahan pada teknik pembelajaran latihan berjenjang hampir tidak ada. Ada kemungkinan timbul dalam jiwa para siswa bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal membutuhkan waktu yang relatif lama.

2.3 Kerangka Berpikir

Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa yang tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.

Pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan teknik latihan berjenjang bertujuan agar siswa memiliki keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang dapat meningkatkan kemampuan membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa, karena teknik latihan berjenjang ini dimulai dari hal yang mudah lalu meningkat ke yang sukar. Jadi, pemikiran siswa dimulai dari yang sederhana terlebih dahulu. Dari pemikiran yang sederhana ini siswa mulai tertarik membaca dan selanjutnya dilatih terus sehingga kemampuan membacanya dapat meningkat.

2.4 Hipotesis Tindakan

Dengan digunakannya teknik pembelajaran latihan berjenjang, diharapkan keterampilan siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dapat meningkat.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang berbasis kelas, maka masalah-masalah yang diteliti dalam PTK adalah masalah-masalah yang muncul di kelas. PTK juga mengupayakan perbaikan kondisi pembelajaran dan menyelesaikan bermacam-macam permasalahan yang muncul di kelas. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, PTK dilaksanakan dalam proses pengkajian berdaur. Proses pengkajian ini terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap atau siklus dalam sebuah penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut.


Bagan I siklus PTK

Keterangan:

OBA : Observasi Awal O : Observasi

P : Perencanaan R : Refleksi

T : Tindakan RP : Revisi Perencanaan

3.1.1 Prosedur Tindakan pada Siklus I

Prosedur tindakan pada siklus I dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

3.1.1.1 Perencanaan

Tahap perencanaan dalam penelitian ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah dan sebagai upaya memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa selama ini. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah (1) menyusun rencana pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang, (2) membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar jurnal, dan pedoman wawancara untuk memperoleh data nontes, (3) menyiapkan teks atau bacaan berhuruf Jawa dan menyusun sepuluh soal jawaban singkat untuk menguji tingkat pemahaman siswa, dan (4) berkolaborasi dengan guru bahasa Jawa sekolah yang bersangkutan.

Dalam siklus I ini indikator pencapaian yang akan dicapai adalah sebesar 65%. Setelah mencapai indikator pencapaian tersebut maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.

3.1.1.2 Tindakan

Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar adalah melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang. Pada pertemuan pertama guru dan siswa bertanya jawab seputar perangkat huruf Jawa, mengenai aksara Jawa, bentuk-bentuk pasangan, fungsi sandhangan, bentuk-bentuk angka Jawa, jenis-jenis pada, fungsi aksara murda, jenis-jenis aksara swara, dan fungsi aksara rekan. Setelah kegiatan tanya jawab seputar perangkat huruf Jawa selesai, siswa kemudian menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan perangkat huruf Jawa sebagai berikut:

a. aksara Jawa mulai dari a(ha) sampaiz (nga),

b. pasangan yang terletak di atas yaitu ha, sa, pa ,

c. sandhangan wyanjan yang terdiri dari cakra, cakra keret, pengkal

d. angka Jawa 5 dan 6,

e. pada, yang terdiri dari ?(pada adeg-adeg), ,(pada lingsa), .(pada lungsi), dan ;(pada pangkat),

f. aksara murda sa dan pa,

g. aksara swara E, dan O

h. aksara rekan Dza.

Setelah dapat menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan beberapa perangkat huruf Jawa tersebut, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa tadi. Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan seputar isi bacaan.

Pada pertemuan kedua guru memberikan apersepsi pentingnya kemampuan membaca bagi siswa, khususnya membaca huruf Jawa. Setelah itu siswa menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan:

a. pasangan yang berbentuk huruf utuh, yaitu R(ra), Y(ya), G(ga), nga

b. sandhangan panyigeg yang terdiri dari layar, cecak, wignya, pangkon

c. angka 3(3) dan 4(4),

d. aksara murda# (Ta) dan $(Sa),

e. aksara swara I(I), dan

f. aksara rekan p+(f/v).

Setelah siswa dapat menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan perangkat huruf Jawa tadi, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari sebelumnya ditambah dengan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari pada pertemuan pertama.

3.1.1.3 Observasi atau Pengamatan

Tahap observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data perilaku dan sikap siswa yaitu dengan mengamati dan mencatat kegiatan yang dilakukan siswa selama penelitian berlangsung. Agar hasil penelitian bisa objektif, dalam pelaksanaannya pengamatan juga dibantu oleh guru bahasa Jawa sekolah yang bersangkutan. Pengamat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir pembelajaran. Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku dan sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

3.1.1.4 Refleksi atau Evaluasi

Setelah pelaksanaan tindakan, maka hasil observasi, hasil jurnal, dan hasil wawancara kemudian dianalisis.

Berdasarkan analisis tersebut, maka dilakukan refleksi yang meliputi (1) pengungkapan hasil pengamatan mengenai kelebihan dan kekurangan teknik latihan berjenjang yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, (2) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh siswa selama proses belajar mengajar, dan (3) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar. Hal-hal yang direfleksi tersebut didiskusikan dengan guru bahasa Jawa yang bersangkutan. Refleksi digunakan untuk mengubah srategi pembelajaran pada siklus II.

3.1.1.5 Prosedur Tindakan pada Siklus II

Berdasarkan refleksi pada siklus I, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki rencana dan tindakan yang telah dilaksanakan. Langkah-langkah kegiatan siklus II pada dasarnya sama dengan langkah-langkah siklus I. Perbedaannya terletak pada sasaran kegiatan untuk melakukan perbaikan tindakan siklus sebelumnya. Langkah-langkah siklus II sebagai berikut.

3.1.1.6 Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: (1) menyusun perbaikan rencana pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang, (2) menyusun perbaikan instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar jurnal, dan pedoman wawancara, dan (3) menyusun perbaikan rancangan evaluasi.

Pada siklus II ini terdiri dari dua pertemuan. Setelah dapat membaca bacaan berhuruf Jawa yang tingkat kesulitannya tergolong mudah dan sedang, maka pada pertemuan pertama siklus II ini disajikan bacaan berhuruf Jawa yang tingkat kesulitannya tergolong cukup sulit. Setelah dapat membaca bacaan yang tingkat kesulitannya tergolong cukup sulit tadi, maka pada pertemuan kedua disajikan bacaan berhuruf Jawa yang tingkat kesulitannya tergolong sulit. Dalam siklus II ini indikator pencapaian yang akan dicapai adalah 70%. Setelah mencapai indikator pencapaian tersebut, maka penelitian tidak dilanjutkan.

3.1.1.7 Tindakan

Kegiatan tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi perbaikan-perbaikan yang didasarkan pada tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II ini secara garis besar adalah melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang.

Pada pertemuan pertama guru dan siswa bertanya jawab mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Setelah itu siswa menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan:

a. pasangan dengan bentuk tersendiri yaitu...C..(ca),F..(da),…J.. (ja),…M.. (ma), dan …B..(ba),

b. sandhangan panyigeging wanda yang terdiri dari h(wignyan), / (layar), dan =(cecak),

c. angka 5(5), 6(6), dan 7(7),

d. aksara murda% (Pa) dan ^(Nya),

e. aksara swara E(E), dan

f. aksara rekan f+(dz).

Setelah dapat menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan beberapa perangkat huruf Jawa tersebut, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari sebelumnya ditambah dengan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari pada siklus I. Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan seputar isi bacaan.

Pada pertemuan kedua guru dan siswa bertanya jawab mengenai kegunaan huruf Jawa dan manfaat yang diperoleh apabila mampu membaca huruf Jawa. Setelah itu siswa menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan:

a. pasangan yang berbentuk tersendiri, yaitu …W..(wa),N.. (na), dan... V(nya),

b. penanda bunyi x(re) dan X(le),

c. angka 8(8), 9(9), dan 10 (10),

d. aksara murda& (Ga) dan *(Ba),

e. aksara swara O(O) dan U(U), dan

f. aksara rekan j+(z) dan g+(gh).

Setelah dapat menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan perangkat huruf Jawa tersebut, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari sebelumnya ditambah dengan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari pada pertemuan pertama dan seluruh pertemuan pada siklus I. Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan seputar isi bacaan.

3.1.1.8 Observasi atau pengamatan

Sasaran observasi atau pengamatan dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan siswa selama penelitian berlangsung. Agar hasilnya bisa objektif, dalam pelaksanaannya observasi ini dibantu oleh guru bahasa Jawa yang bersangkutan. Kegiatan observasi atau pengamatan ini dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran. Pengamatan dilakukan secara cermat sehingga dihasilkan beberapa temuan. Aspek-aspek yang dinilai dalam pengamatan yaitu (1) perubahan perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang menjadi lebih baik atau justru berkurang, (2) kesungguhan siswa memperhatikan penjelasan guru, serta pada saat siswa membaca bacaan berhuruf Jawa mengalami perubahan lebih baik atau tidak, dan (3) perubahan motivasi untuk membaca bacaan berhuruf Jawa.

3.1.1.9 Refleksi

Pada akhir kegiatan siklus II, hasil observasi, jurnal, dan wawancara kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dilakukan refleksi yang meliputi: (1) pengungkapan hasil pengamatan mengenai kelebihan dan kekurangan teknik latihan berjenjang yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, (2) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dan (3) pengungkapan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar. Hal-hal yang direfleksi tersebut didiskusikan dengan guru bahasa Jawa yang bersangkutan.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang. Kelas ini adalah salah satu dari tujuh kelas yang ada yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F dan VIII G. Siswa kelas VIII G berjumlah 44 siswa, terdiri dari 22 siswa dan 22 siswi. Dipilihnya kelas VIII G dengan alasan:

(1). Berdasarkan pengamatan, kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII G masih kurang maksimal dibandingkan dengan kelas VIII yang lainnya.

(2). Keadaan kelas sering pasif, sebab guru menerangkan teori-teori mengenai huruf Jawa dengan metode ceramah, sementara itu siswa sekadar mendengarkan guru.

(3). Siswa kelas VIII G yang kesulitan membaca bacaan berhuruf Jawa sering memperlihatkan kebiasaan yang tidak wajar. Misalnya ketika sedang membaca, para siswa yang mengalami kesulitan membaca bacaan berhuruf Jawa ini biasanya meletakkan buku dengan cara yang aneh, jarak mata yang terlalu dekat, dan sebagainya.

(4). Upaya khusus untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII G dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa belum banyak dilakukan oleh guru. Hal ini dapat diketahui dari tidak adanya upaya guru untuk mengubah metode mengajarnya. Para guru masih tetap mengajar dengan metode ceramah dalam pembelajaran membaca bacaan berhuruf Jawa.

3.3 Variabel

Variabel dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu variabel input-output dan variabel proses.

3.3.1 Variabel input-output

Variabel input-output pada penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, yaitu keterampilan membaca bacaan berbahasa Jawa yang disajikan dengan tulisan atau aksara Jawa dengan tujuan untuk memahami isi bacaan yang dibaca. Kondisi awal keterampilan siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa cenderung rendah sehingga dapat berubah ke arah yang lebih baik setelah mengikuti pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang. Target keterampilan yang diharapkan adalah siswa terampil membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa sesuai aspek penilaian, yaitu: (1) pemahaman isi bacaan, dan (2) menceritakan kembali isi bacaan.

3.3.2 Variabel proses

Variabel proses dalam penelitian ini adalah teknik pembelajaran latihan berjenjang yang merupakan cara atau tindakan yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa terutama dalam hal membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Dalam hal ini teknik latihan berjenjang merupakan suatu teknik yang berisi pemberian latihan secara terkontrol bagi siswa. Latihan berjenjang ini pada awalnya bersifat komprehensif dan pada akhirnya bersifat aplikatif. Satu hal yang ditekankan di sini bahwa latihan diberikan secara aktif, namun bersifat sederhana. Teknik ini diharapkan mampu mengubah kondisi awal siswa dari yang tidak terampil membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa menjadi terampil.

Kesulitan siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa adalah karena siswa kurang mengenal huruf Jawa. Oleh karena itu, keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa khususnya pada siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang perlu ditingkatkan dengan teknik latihan berjenjang.

3.4 Instrumen

Instrumen penelitian ini menggunakan tes dan nontes sebagai berikut.

(1) Tes

Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes tertulis ini dibuat berdasarkan aspek penilaian membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa yang meliputi: (1) pemahaman isi bacaan, dan (2) menceritakan kembali isi bacaan. Aspek–aspek ini seperti dalam tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Tabel Skor penilaian membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa

No.

Aspek Penilaian

Skor Maksimal

1.

2.

Pemahaman isi bacaan

Menceritakan kembali isi bacaan

50

50


Jumlah

100

Cara pengukuran aspek-aspek tersebut dengan tes tertulis. Aspek yang dinilai dengan rentang skor dan kategori penilaian dapat diketahui pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Kriteria Penilaian Membaca Pemahaman

No.

Aspek Penilaian

Rentang

skor

Kategori

Patokan

1.

2.

Pemahaman isi bacaan

a. Dari 10 pertanyaan semua dapat dijawab dengan benar

b. Dari 10 pertanyaan hampir semua dapat dijawab dengan benar

c. Dari 10 pertanyaan hanya setengahnya dapat dijawab dengan benar

d. Dari 10 pertanyaan hanya beberapa saja dapat dijawab dengan benar

Menceritakan kembali isi bacaan

a. Secara utuh dan benar

b. Hampir secara utuh dan benar

c. Setengah bacaan dan benar

d. Sedikit dari isi bacaan dan benar

37-50

25-36

13-24

0-12

37-50

25-36

13-24

0-12

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Dapat memahami seluruh isi bacaan

Dapat memahami hampir seluruh isi bacaan

Dapat memahami isi bacaan tetapi hanya setengah

Dapat memahami isi bacaan tetapi hanya sedikit

Bisa menceritakan isi bacaan secara utuh dan benar

Bisa menceritakan isi bacaan hampir secara utuh dan benar

Hanya bisa menceritakan setengah isi bacaan dan benar

Hanya bisa menceritakan sedikit dari isi bacaan dan benar

Tes tertulis diwujudkan dalam bentuk pertanyaan yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan satu soal essay atau uraian. Soal pilihan ganda berupa soal-soal pemahaman isi bacaan, sedangkan untuk soal essay atau uraian berupa kemampuan siswa menulis kembali isi bacaan. Setiap satu soal pilihan ganda mempunyai bobot 5 jika jawaban benar dan 0 jika jawaban salah. Jadi jika seluruh soal pilihan ganda dijawab dengan benar, maka bobotnya adalah 50. Sedangkan untuk soal essay atau uraian mempunyai bobot 50. Nilai untuk soal essay atau uraian ini berdasarkan rentang, kategori, dan keterangan seperti dalam tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Tabel Skor Penilaian soal essay atau uraian

No

Rentang Skor

Kategori

Keterangan

1.

2.

3.

4.

37-50

25-36

13-24

0-12

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Bisa menceritakan isi bacaan secara utuh dan benar

Bisa menceritakan isi bacaan hampir secara utuh dan benar

Bisa menceritakan isi bacaan tetapi hanya setengah isi bacaan dan benar

Bisa menceritakan isi bacaan tetapi hanya sedikit isi bacaan dan benar

Nilai keseluruhan dari tes tertulis ini adalah jumlah skor soal pilihan ganda ditambah dengan jumlah skor soal essay atau uraian. Setelah itu diketahui tingkat pemahaman isi bacaan. Kriteria tingkat pemahaman isi bacaan seperti dalam tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Kriteria tingkat pemahaman isi bacaan

No

Rentang Nilai

Kategori

1

2

3

4

76-100

51-75

26-50

0-25

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

(2) Nontes

Data nontes digunakan untuk mendeskripsikan sikap dan perilaku siswa sesudah dan sebelum diberikan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang. Alat pengumpul data nontes ada tiga macam yaitu lembar observasi, lembar jurnal, dan pedoman wawancara.

(1) Lembar Observasi

Lembar observasi atau pengamatan digunakan untuk mengamati siswa pada waktu mengikuti kegiatan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang. Melalui pengamatan akan diketahui perilaku siswa ketika mengikuti pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut siswa akan diamati apakah siswa bersikap baik terhadap pembelajaran ataukah bersikap negatif terhadap pembelajaran.

(2) Lembar Jurnal

Lembar jurnal adalah catatan harian yang dimiliki oleh guru dan siswa selama penelitian berlangsung. Lembar jurnal yang dimiliki oleh guru digunakan untuk mencatat semua kejadian yang menonjol pada waktu proses pembelajaran. Lembar jurnal yang dimiliki siswa digunakan untuk mencatat pesan dan kesan tentang pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang. Lembar jurnal dibagikan setiap akhir kegiatan belajar mengajar.

(3) Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mengambil data mengenai perubahan perilaku siswa melalui tanya jawab secara langsung dan terpimpin. Kegiatan wawancara dalam hal ini hanya mengambil sampel dari beberapa siswa yang bereaksi secara negatif terhadap pembelajaran membaca bacaan berhuruf Jawa, siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa, dan siswa yang secara grafik menunjukkan adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa baik itu pada siklus I maupun siklus II. Kegiatan wawancara meliputi beberapa aspek yaitu: (1) tanggapan siswa terhadap pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, (2) kesulitan siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa bagi siswa yang mendapat nilai terendah, (3) hal-hal yang memotivasi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa bagi siswa yang mendapat nilai tertinggi, (4) pendapat siswa mengenai teknik latihan berjenjang dalam pembelajaran membaca pemahamn bacaan berhuruf Jawa, dan (5) perasaan siswa setelah mendapatkan nilai baik yang tertinggi maupun yang terendah.

3.5 Uji Instrumen

Uji validitas terhadap instrumen dilakukan dengan validitas permukaan yaitu dengan konsultasi kepada pembimbing. Setelah dikonsultasikan maka diadakan perbaikan-perbaikan, kemudian dibaca oleh pembimbing dan setelah itu diperoleh kesepakatan bahwa instrumen yang ditentukan telah valid.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data ada dua macam, yaitu teknik tes dan nontes.

3.6.1 Teknik Tes

Data dalam penelitian diperoleh dengan mengadakan tes setelah pembelajaran berakhir. Tes dilakukan sebanyak lima kali, yaitu pretes, siklus I, dan siklus II. Pada siklus I, terdiri dari dua kali tes, yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua, dan pada siklus II juga dilakukan dua kali tes, yaitu pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Tes pada masing-masing siklus berupa tes tertulis. Tes tertulis terdiri dari kemampuan siswa memahami isi bacaan dan kemampuan siswa menceritakan kembali isi bacaan. Langkah-langkah pelaksanaan tes, yaitu (1) menyiapkan bahan tes yang berupa bacaan berhuruf Jawa, (2) melaksanakan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, dan (3) memberikan penilaian berdasarkan aspek yang telah ditentukan dan kriteria skor yang telah ditetapkan.

Setelah pretes dilaksanakan, maka hasilnya dianalisis. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui kelemahan-kelemahan siswa. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada pretes maka diberikan suatu pembelajaran dengan teknik latihan berjenjang sebagai modal untuk menghadapi tes pada siklus I dan siklus II. Hasil tes pada siklus I dianalisis untuk memperbaiki tindakan pada siklus II. Kemudian hasil tes pada siklus II dianalisis lagi. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui ada atau tidaknya peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang setelah menerima pembelajaran dengan teknik latihan berjenjang.

3.6.2 Teknik Nontes

Teknik pengumpulan data nontes berupa observasi, jurnal, dan wawancara pada siklus I dan II. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap teknik latihan berjenjang yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa serta untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa dalam mengikuti pembelajaran. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data observasi digunakan untuk mengetahui perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Data nontes juga diperoleh dari jurnal siswa. Jurnal digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap materi dan cara penyampaian materi serta saran-saran untuk pembelajaran mendatang. Selain observasi dan jurnal, data nontes juga diperoleh dari wawancara.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teknik deskriptif prosentase dan teknik deskriptif kualitatif.

3.7.1 Teknik Deskriptif Prosentase

Teknik deskriptif prosentase dipakai untuk menganalisis data tes membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang, yaitu pada pretes, siklus I dan siklus II. Hasil tes dihitung secara prosentase dengan langkah-langkah yaitu, (1) merekap nilai yang diperoleh siswa, (2) menghitung nilai komulatif dari tiap-tiap siswa, (3) menghitung nilai rata-rata, dan (4) menghitung prosentase.

Prosentase keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa

=

Keterangan:

= Jumlah nilai dalam satu kelas

n = Nilai maksimal soal tes

S = Banyaknya siswa dalam satu kelas

Hasil perhitungan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang dari masing-masing siklus ini kemudian dibandingkan. Pemerolehan hasil akan memberikan gambaran mengenai prosentase peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang.

3.7.2 Teknik Deskriptif Kualitatif

Teknik deskriptif kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil nontes. Hasil analisis data deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dan sikap atau perilaku siswa setelah diadakan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang. Hasil ini dipakai sebagai dasar untuk menentukan siswa yang akan diwawancarai selain dari hasil nilai tes. Hasil wawancara tersebut dapat dipakai untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik latihan berjenjang dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dan mengetahui sikap atau perilaku siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang. Hasil analisis tersebut dipakai sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang dan perubahan sikap atau perilaku siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dalam subbab ini diuraikan hasil penelitian baik melalui tes maupun nontes. Hasil tes berupa membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dan hasil nontes berupa hasil observasi, jurnal, dan wawancara.

4.1.1 Kondisi awal

Tes keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII G dilakukan kali pertama pada hari Jumat 28 Juli 2006 untuk mengetahui gambaran keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa pada kondisi awal atau prasiklus. Hasil yang diperoleh dari uji kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa pada prasiklus dalam penelitian ini sebagai berikut.

Tabel 5. Rata-Rata Perolehan Nilai Tiap Aspek Pada Prasiklus

No

Aspek Penilaian

Rata-rata

1.

2.

Pemahaman isi bacaan

Menceritakan kembali isi bacaan

31,7

28,3


Jumlah

60

Rata-rata kelas

30

Data pada tabel 5 di atas menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 30 atau berada dalam kategori baik. Nilai ini diperoleh dari skor masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan sebesar 31,7 dan aspek menceritakan kembali isi bacaan sebesar 28,3.

Hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa ada salah satu aspek yang memerlukan perhatian lebih dibandingkan aspek yang lain. Aspek yang mendapatkan skor lebih rendah adalah menceritakan kembali isi bacaan dengan perolehan skor 28,3. Hasil tersebut juga dapat dilihat pada grafik 1 berikut ini.


Grafik 1. Hasil Tes Prasiklus

Grafik 1 di atas menunjukkan bahwa aspek pemahaman isi bacaan mendapat skor lebih tinggi dibandingkan aspek menceritakan kembali isi bacaan. Untuk aspek pemahaman isi bacaan mendapat skor 31,7, sedangkan aspek menceritakan kembali isi bacaan mendapat skor 28,3.

1. Pemahaman Isi Bacaan

Aspek pemahaman isi bacaan penilaiannya difokuskan pada kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal pilihan ganda. Hasil tes untuk aspek pemahaman isi bacaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Pemahaman Isi Bacaan

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

37-50

25-36

13-24

0-12

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

40

4

-

-

90,91%

9,09%

0,00%

0,00%

1395

44

=31,7

Berkategori

baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



31,7

Data pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa aspek pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 37-50 hanya dicapai 40 siswa atau sebesar 90,91%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 25-36 dicapai 4 siswa atau sebesar 9,09%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 13-24 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-12 juga tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek pemahaman isi bacaan pada prasiklus sebesar 231,7 atau berada pada kategori baik.

2. Menceritakan Kembali Isi Bacaan

Aspek menceritakan kembali isi bacaan penilaiannya difokuskan pada keutuhan dan kebenaran isi bacaan yang diceritakan. Hasil tes pada aspek menceritakan kembali isi bacaan dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7. Menceritakan Kembali Isi Bacaan

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

37-50

25-36

13-24

0-12

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

1

39

4

-

2,27%

88,64%

9,09%

0,00%

1245

44

=28,3

Berkategori

baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



28,3

Data pada tabel 7 di atas menunjukkan bahwa aspek menceritakan kembali isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 37-50 hanya dicapai 1 siswa atau sebesar 2,27%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 25-36 dicapai 39 siswa atau sebesar 88,64%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 13-25 dicapai 4 siswa atau sebesar 9,09%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-12 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan pada prasiklus sebesar 28,3 atau berada pada kategori baik.

Hasil tes keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang pada prasiklus secara lengkap dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Hasil Tes Keterampilan Membaca Pemahaman Bacaan Berhuruf

Jawa melalui Teknik Latihan Berjenjang pada Prasiklus

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

85-100

68-84

51-67

0-50

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

-

7

32

5

0,00%

15,91%

72,73%

11,36%

2640

44

=60

Berkategori

cukup

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



60

Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 tidak ada siswa yang mencapinya atau sebesar 0,00%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 68-84 dicapai 7 siswa atau sebesar 15,91%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 51-67 dicapai 32 siswa atau sebesar 72,73%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-50 dicapai 5 siswa atau sebesar 11,36%. Rata-rata kelas untuk keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang pada prasiklus sebesar 60 atau berada pada kategori cukup.

4.1.2 Hasil Penilaian Siklus I

Siklus I dilakukan sebanyak dua kali pertemuan setelah siswa mengikuti tindakan prasilus. Hasil yang diperoleh dari uji kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siklus I pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua dalam penelitian ini sebagai berikut.

4.1.2.1 Hasil Tes Siklus I Pertemuan Pertama

Hasil tes siklus I pertemuan pertama diperoleh dari skor masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan dan aspek menceritakan kembali isi bacaan. Rata-rata perolehan nilai tiap aspek pada siklus I pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel. 9 Rata-Rata Perolehan Nilai tiap Aspek Pada Siklus I Pertemuan Pertama

No

Aspek Penilaian

Rata-rata

1

2

Pemahaman isi bacaan

Menceritakan kembali isi bacaan

38,53

35,22


Jumlah

73,75

Rata-rata kelas

36,875

Data pada tabel 9 di atas menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 36,875 atau berada dalam kategori baik. Nilai ini diperoleh dari skor masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan sebesar 38,53 dan aspek menceritakan kembali isi bacaan sebesar 35,22.

Hasil tes siswa menunjukkan bahwa ada salah satu aspek yang memerlukan perhatian yang lebih dibandingkan aspek penilaian yang lain. Aspek yang mendapat skor lebih rendah dibandingkan aspek yang lain adalah menceritakan kembali isi bacaan dengan perolehan skor 35,22. Hasil ini juga dapat dilihat pada grafik 2 berikut ini.




Grafik 2. Hasil Tes Siklus I Pertemuan Pertama

Grafik 2 tersebut menunjukkan bahwa aspek pemahaman isi bacaan mendapat skor lebih tinggi dibandingkan aspek menceritakan kembali isi bacaan. Untuk aspek pemahaman isi bacaan mendapat skor 38,53, sedangkan untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan hanya mendapat skor 35,22.

1. Pemahaman Isi Bacaan

Aspek pemahaman isi bacaan penilaiannya difokuskan pada kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal pilihan ganda. Hasil tes untuk aspek pemahaman isi bacaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Pemahaman Isi Bacaan

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

37-50

25-36

13-24

0-12

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

24

20

-

-

54,55%

45,45%

0,00%

0,00%

1695

44

=38,53

Berkategori

baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



38,53

Data pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa aspek pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 37-50 dicapai 24 siswa atau sebesar 54,55%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 25-36 dicapai 20 siswa atau sebesar 45,45%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 13-24 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-12 juga tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek pemahaman isi bacaan pada siklus I pertemuan pertama sebesar 38,53 atau berada pada kategori baik.

2. Menceritakan Kembali Isi Bacaan

Aspek menceritakan kembali isi bacaan penilaiannya difokuskan pada keutuhan dan kebenaran isi bacaan yang diceritakan. Hasil tes pada aspek menceritakan kembali isi bacaan dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 11. Menceritakan Kembali Isi Bacaan

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

37-50

25-36

13-24

0-12

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

8

36

-

-

18,18%

81,82%

0,00%

0,00%

1550

44

=35,22

Berkategori

baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



35,22

Data pada tabel 11 menunjukkan bahwa aspek menceritakan kembali isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 37-50 dicapai 8 siswa atau sebesar 18,18%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 25-36 dicapai 36 siswa atau sebesar 81,82%. Untuk kategori baik dengan rentang skor 13-24 tidak ada siswa siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-12 juga tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan pada siklus I pertemuan pertama sebesar 35,22 atau berada pada kategori baik.

Tabel 12. Hasil Tes Keterampilan Membaca Pemahaman Bacaan Berhuruf Jawa melalui Teknik Latihan Berjenjang pada Siklus I Pertemuan Pertama

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

85-100

68-84

51-67

0-50

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

5

30

9

-

11,36%

68,18%

20,46%

0,00%

3245

44

=73,75

Berkategori

baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



73,75

Data pada tabel 12 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 dicapai 5 siswa atau sebesar 11,36%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 68-84 dicapai 30 siswa atau sebesar 68,18%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 51-67 dicapai 9 siswa atau sebesar 20,46%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-50 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang pada siklus I pertemuan pertama sebesar 73,75 atau berada pada kategori baik

4.1.2.2 Hasil Tes Siklus I Pertemuan Kedua

Hasil tes siklus I pertemuan kedua diperoleh dari skor masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan dan aspek menceritakan kembali isi bacaan. Rata-rata perolehan nilai tiap aspek pada siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13. Rata-Rata Perolehan Nilai Tiap Aspek pada Siklus I Pertemuan Kedua

No

Aspek Penilaian

Rata-rata

1

2

Pemahaman isi bacaan

Menceritakan kembali isi bacaan

40

37,04


Jumlah

77,04

Rata-rata kelas

38,52

Data pada tabel 13 di atas menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 38,52 atau berada dalam kategori baik. Nilai ini diperoleh dari skor masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan sebesar 40 dan aspek menceritakan kembali isi bacaan sebesar 37,04.

Hasil tes siswa menunjukkan bahwa ada salah satu aspek yang memerlukan perhatian lebih dibanding aspek penilaian yang lain. Aspek yang mendapat skor lebih rendah dibandingkan aspek yang lain adalah menceritakan kembali isi bacaan dengan perolehan skor 37,04. Hasil tersebut juga dapat dilihat pada grafik 3 berikut ini.




Grafik 3. Hasil Tes Siklus I Pertemuan Kedua

Grafik 3 tersebut menunjukkan bahwa aspek pemahaman isi bacaan mendapat skor lebih tinggi dibandingkan aspek menceritakan kembali isi bacaan. Untuk aspek pemahaman isi bacaan mendapat skor 40, sedangkan untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan mendapat skor 37,04.

Di bawah ini diuraikan hasil perolehan nilai tiap aspek, baik aspek pemahaman isi bacaan maupun aspek menceritakan kembali isi bacaan.

1. Pemahaman Isi Bacaan

Aspek pemahaman isi bacaan penilaiannya difokuskan pada kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal pilihan ganda. Hasil tes untuk aspek pemahaman isi bacaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Pemahaman Isi Bacaan

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

37-50

25-36

13-24

0-12

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

33

11

-

-

75%

25%

0,00%

0,00%

1760

44

=40

Berkategori

Sangat baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



40

Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa aspek pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 37-50 dicapai 33 atau sebesar 75%.Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 25-36 dicapai 11 siswa atau sebesar 25%. Untuk kategori sedang dengan rentang skor 13-24 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-12 juga tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek pemahaman isi bacaan pada siklus I pertemuan kedua sebesar 40 atau berada pada kategori sangat baik.

2. Menceritakan Kembali Isi Bacaan

Aspek menceritakan kembali isi bacaan penilaiannya difokuskan pada keutuhan dan kebenaran isi bacaan yang diceritakan. Hasil tes untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Menceritakan Kembali Isi Bacaan

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

37-50

25-36

13-24

0-12

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

15

29

-

-

34,09%

65,91%

0,00%

0,00%

1630

44

=37,04

Berkategori

Sangat baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



37,04

Data pada tabel 15 menunjukkan bahwa aspek menceritakan kembali isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 37-50 dicapai 15 siswa atau sebesar 34,09%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 25-36 dicapai 29 siswa atau sebesar 65,91%. Untuk kategori sedang dengan rentang skor 13-24 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-12 juga tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan pada siklus I pertemuan kedua sebesar 37,04 atau berada pada kategori sangat baik.

Hasil tes keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang pada siklus I pertemuan kedua secara lengkap dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini.

Tabel 16. Hasil Tes Keterampilan Membaca Pemahaman Bacaan

Berhuruf Jawa melalui Teknik Latihan Berjenjang pada

Siklus I Pertemuan Kedua.

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

85-100

68-84

51-67

0-50

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

9

33

2

-

20,46%

75%

4,54%

0,00%

3390

44

=77,04

Berkategori baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



77,04

Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 dicapai 9 siswa atau sebesar 20,46%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 68-84 dicapai 33 siswa atau sebesar 75%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 51-67 dicapai 2 siswa atau sebesar 4,45%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-50 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang pada siklus I pertemuan pertama sebesar 77,04 atau berada pada kategori baik.

4.1.2.3 Hasil Nontes Siklus I

Data nontes siklus I berupa data observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran, jurnal, dan wawancara.

1. Observasi

Dari hasil observasi yang dilakukan pada tindakan siklus I diketahui bahwa untuk jenis perilaku keaktifan mendengarkan penjelasan guru mencapai prosentase 76% atau pada kategori baik. Pada siklus I ini siswa bersemangat dalam mendengarkan penjelasan guru, meskipun ada beberapa siswa yang kurang bersemangat mendengarkan penjelasan guru pada saat pembelajaran. Sebanyak 80% siswa memiliki perhatian yang baik selama guru memberikan penjelasan, jadi untuk perilaku ini berada pada kategori baik dengan skor 4. Begitu juga dengan tanggapan siswa terhadap penjelasan guru berada pada kategori baik dengan skor 4. Pada siklus I ini siswa yang berani bertanya kepada guru mencapai prosentase 60% atau pada kategori cukup dengan skor 3. Sementara itu untuk jawaban siswa atas pertanyaan yang diberikan guru mencapai prosentase 80% kategori baik dengan skor 4.

Jenis perilaku kedua yang diamati adalah keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Untuk perilaku ini mencapai skor 11 atau 73,33%. Sasaran yang diobservasi ada tiga, yaitu keseriusan siswa dalam menyelesaikan tugas membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa yang mencapai skor 4. Sebagian besar siswa tampak serius dalam mengerjakan tugas membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Sasaran yang ketiga yaitu ketepatan waktu siswa dalam mengerjakan tugas. Belum semua siswa dapat mengerjakan tugas selesai tepat pada waktunya, jadi untuk jenis sasaran ketiga ini masih pada kategori cukup dengan skor 3. Dari kedua jenis perilaku yang diamati dan beberapa sasaran observasi diperoleh skor 30 atau 75%.

2. Jurnal

Jurnal yang digunakan pada siklus I ini adalah jurnal siswa dan jurnal guru. Penggunaan jurnal dimaksudkan untuk mendapatkan data nontes yang berkenaan dengan respon siswa terhadap pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang.

A. Jurnal Siswa

Dari hasil jurnal siswa pada siklus I ini diketahui bahwa sebagian siswa tertarik mengikuti pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dan sebagian lagi tidak tertarik. Menurut siswa yang merasa tertarik dengan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalaui teknik latihan berjenjang dikarenakan mereka sangat menyukai huruf Jawa dan materi yang diberikan bertahap atau berjenjang. Sedangkan menurut siswa yang merasa tidak tertarik dengan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, dikarenakan mereka mengalami kesulitan dalam memahami dan menghafal pasangan, aksara murda, angka Jawa, dan perangkat huruf Jawa yang lainnnya.

Pada siklus I ini sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Kesulitan yang dialami adalah ketika para siswa menemukan atau menjumpai pasangan, aksara murda, aksara swara, aksara rekan, dan angka Jawa pada teks huruf Jawa yang dibagikan oleh guru. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa merupakan hal yang wajar, mengingat keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa bukanlah hal yang mudah. Siswa dituntut untuk dapat membaca bacaan berhuruf Jawa sekaligus dapat memahami isi bacaannya. Dengan demikian dibutuhkan suatu teknik pembelajaran yang tepat, yaitu teknik latihan berjenjang. Teknik latihan berjenjang ini ternyata dapat merubah asumsi para siswa terhadap pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Dengan adanya teknik latihan berjenjang dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, para siswa tidak lagi menganggap bahwa membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa adalah suatu keterampilan yang sangat sulit. Para siswa merasa senang karena dapat mempelajari perangkat huruf Jawa secara bertahap.

B. Jurnal Guru

Dari hasil jurnal guru diketahui bahwa pada siklus I kegiatan pembelajaran sudah berlangsung dengan baik. Sebanyak 90% siswa aktif mengikuti pembelajaran walaupun 10% siswa yang lain masih belum dapat berkonsentrasi terhadap pembelajaran. Namun demikian situasi atau suasana kelas sedikit ramai karena para siswa belum terbiasa membaca bacaan berhuruf Jawa dengan cara membaca dalam hati. Sebagian besar siswa membaca dengan cara membaca nyaring, sehingga suasana kelas tidak bisa tenang.

3. Wawancara

Dari hasil wawancara diketahui bahwa tiga siswa yang memperoleh nilai tinggi dan tiga siswa yang memperoleh nilai sedang, selama ini sangat berminat dengan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Sedangkan tiga siswa yang nilainya rendah selama ini memang kurang berminat pada pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, karena menurut mereka perangkat huruf Jawa sulit dipahami dan sulit untuk diingat. Dari kesembilan siswa tersebut, satu siswa memiliki keterampilan membaca bacaan berhuruf Jawa yang jauh di atas siswa-siswa yang lainnya.

Setelah mewawancarai kesembilan siswa tersebut, terungkap bahwa sebenarnya mereka merasa sedikit bosan dengan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, karena beberapa pertemuan yang dipelajari hanya materi tersebut. Mengenai teknik latihan berjenjang yang dilaksanakan, menurut pendapat mereka sangat membantu dan memudahkan memahami aksara Jawa.

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II

Siklus II dilakukan sebanyak dua kali pertemuan setelah siswa mengikuti tindakan siklus I. Hasil yang diperoleh dari uji kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siklus II pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua dalam penelitian ini sebagai berikut.

4.1.3.1 Hasil Tes Siklus II Pertemuan Pertama

Hasil tes siklus II pertemuan pertama diperoleh dari skor masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan dan aspek menceritakan kembali isi bacaan. Rata-rata perolehan nilai tiap aspek pada siklus II pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Rata-Rata Perolehan Nilai Tiap Aspek pada Siklus II Pertemuan Pertama

No

Aspek Penilaian

Rata-rata

1

2

Pemahaman isi bacaan

Menceritakan kembali isi bacaan

40,11

37,84


Jumlah

77,95

Rata-rata kelas

38,975

Data pada tabel 13 di atas menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 38,975 atau berada dalam kategori sangat baik. Nilai ini diperoleh dari skor masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan sebesar 40,11 dan aspek menceritakan kembali isi bacaan sebesar 37,84.

Hasil tes menunjukkan bahwa ada salah satu aspek yang memerlukan perhatian yang lebih dibanding aspek penilaian yang lain. Aspek yang mendapat skor lebih rendah dibandingkan aspek yang lain adalah menceritakan kembali isi bacaan dengan perolehan skor 37,84. Hasil ini juga dapat dilihat pada grafik 4 berikut ini

Grafik 4. Hasil Tes Siklus II Pertemuan Pertama

Grafik 4 di atas menunjukkan bahwa aspek pemahaman isi bacaan mendapat skor lebih tinggi dibandingkan aspek menceritakan kembali isi bacaan. Untuk aspek pemahaman isi bacaan mendapat skor 40,11, sedangkan untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan hanya mendapat skor 37,84.

1. Pemahaman Isi Bacaan

Aspek pemahaman isi bacaan penilaiannya difokuskan pada kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal pilihan ganda. Hasil tes untuk aspek pemahaman isi bacaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 18. Pemahaman Isi Bacaan

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

37-50

25-36

13-24

0-12

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

32

12

-

-

73,73%

27,27%

0,00%

0,00%

1765

44

=40,11 Berkategori

Sangat baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



40,11

Data pada tabel 18 di atas menunjukkan bahwa aspek pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 37-50 dicapai 32 siswa atau sebesar 73,73%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 25-36 dicapai 12 siswa atau sebesar 27,27%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 13-24 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-12 juga tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek pemahaman isi bacaan pada siklus II pertemuan pertama sebesar 40,11 atau berada pada kategori sangat baik.

2. Menceritakan Kembali Isi Bacaan

Hasil tes untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Menceritakan Kembali Isi Bacaan

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

37-50

25-36

13-24

0-12

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

15

29

-

-

34,09%

65,91%

0,00%

0,00%

1665

44

=37,84

Berkategori

Sangat baik

Jumlah


44

100%


Nilai rata-rata




37,84

Data pada tabel 19 di atas menunjukkan bahwa aspek menceritakan kembali isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 37-50 dicapai 15 siswa atau sebesar 34,09%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 25-36 dicapai 29 siswa atau sebesar 65,91%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 13-24 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-12 juga tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan pada siklus II pertemuan pertama sebesar 37,84 pada kategori sangat baik.

Hasil tes keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang pada siklus II pertemuan pertama secara lengkap dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini.

Tabel 20. Hasil Tes Keterampilan Membaca Pemahaman Bacaan Berhuruf Jawa melalui Teknik Latihan Berjenjang pada Siklus II Pertemuan Pertama

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

85-100

68-84

51-67

0-50

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

11

33

-

-

25%

75%

0,00%

0,00%

3430

44

=77,95

Berkategori baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



77,95

Data pada tabel 20 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 dicapai 11 siswa atau sebesar 25%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 68-84 dicapai 33 siswa atau sebesar 75%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 51-67 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-50 juga tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang pada siklus I pertemuan pertama sebesar 77,95 pada kategori baik.

4.1.3.2 Hasil Tes Siklus II Pertemuan Kedua

Hasil tes siklus II pertemuan kedua diperoleh dari skor masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan dan aspek menceritakan kembali isi bacaan. Rata-rata perolehan nilai tiap aspek pada siklus II pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Rata-Rata Perolehan Nilai Tiap Aspek Siklus II Pertemuan Kedua

No

Aspek Penilaian

Rata-rata

1

2

Pemahaman isi bacaan

Menceritakan kembali is bacaan

42,73

41,25


Jumlah

83,98

Rata-rata kelas

41,99

Data pada tabel 21 di atas menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 41,99 kategori sangat baik. Nilai ini diperoleh dari skor masing-masing aspek, yaitu aspek pemahaman isi bacaan sebesar 42,73 dan aspek menceritakan kembali isi bacaan sebesar 41,25.

Hasil tes siswa menunjukkan bahwa ada salah satu aspek yang memerlukan perhatian lebih dibanding aspek penilaian yang lain. Aspek yang mendapatkan skor paling rendah dibandingkan aspek yang lain adalah menceritakan kembali isi bacaan dengan perolehan skor 41,25. Hasil tersebut juga dapat dilihat pada grafik 5 berikut ini.

Grafik 5. Hasil Tes Siklus II Pertemuan Kedua

Grafik 5 tersebut menunjukkan bahwa aspek pemahaman isi bacaan mendapat skor lebih tinggi dibandingkan aspek menceritakan kembali isi bacaan. Untuk aspek pemahaman isi bacaan mendapat skor 42,73, sedangkan untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan hanya mendapat skor 41,25.

1. Pemahaman Isi Bacaan

Aspek pemahaman isi bacaan penilaiannya difokuskan pada kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal pilihan ganda. Hasil tes untuk aspek pemahaman isi bacaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Pemahaman Isi Bacaan

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

37-50

25-36

13-24

0-12

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

44

-

-

-

100%

0,00%

0,00%

0,00%

1880

44

=42,73

Berkategori

Sangat baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



42,73

Data pada tabel 22 di atas menunjukkan bahwa aspek pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 37-50 dicapai 44 siswa atau sebesar 100%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 25-36 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 13-24 juga tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-12 demikian juga tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek pemahaman isi bacaan pada siklus II pertemuan kedua sebesar 42,73 atau berada pada kategori sangat baik.

2. Menceritakan Kembali Isi Bacaan

Aspek menceritakan kembali isi bacaan penilaiannya difokuskan pada keutuhan dan kebenaran isi bacaan yang diceritakan. Hasil tes untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 23. Menceritakan Kembali Isi Bacaan

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

37-50

25-36

13-24

0-12

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

43

1

-

-

97,73%

2,27%

50%

0,00%

1815

44

=41,25

Berkategori

Sangat baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



41,25

Data pada tabel 23 di atas menunjukkan bahwa aspek menceritakan kembali isi bacaan untuk kategori baik dengan rentang skor 37-50 dicapai 43 siswa atau sebesar 97,73%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 25-36 hanya dicapai 1 siswa atau sebesar 2,27%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 13-24 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-12 juga tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan pada siklus II pertemuan kedua sebesar 41,25 atau berada pada kategori sangat baik.

Hasil tes keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang pada siklus II pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel 24 berikut

Tabel 24. Hasil Tes Keterampilan Membaca Pemahaman Bacaan Berhuruf Jawa melalui Teknik Latihan Berjenjang pada Siklus II Pertemuan Kedua

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Prosentase

Rata-rata

1

2

3

4

85-100

68-84

51-67

0-50

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

19

25

-

-

43,18%

56,82%

0,00%

0,00%

3695

44

=83,98

Berkategori

baik

Jumlah

44

100%


Nilai rata-rata



83,98

Data pada tabel 24 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman isi bacaan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 dicapai 19 siswa atau sebesar 43,18%. Sedangkan untuk kategori baik dengan rentang skor 68-84 hanya dicapai 25 siswa atau sebesar 56,82%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 51-67 tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-50 juga tidak ada siswa yang mencapainya atau sebesar 0,00%. Rata-rata kelas untuk keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang pada siklus I pertemuan pertama sebesar 83,98 atau berada pada kategori baik.

4.1.3.3 Hasil Nontes Siklus II

Data nontes siklus II ini masih diperoleh dari observasi, jurnal, dan wawancara. Hasil dari ketiganya adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Pada siklus II ini, observasi dilakukan selama proses pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang. Berdasarkan hasil observasi, terlihat adanya perubahan perilaku siswa dari perilaku pada siklus I. Untuk jenis perilaku keaktifan mendengarkan penjelasan guru mencapai prosentase 92% atau pada kategori sangat baik.

Pada siklus II ini siswa sangat bersemangat mendengarkan penjelasan guru. Jika pada siklus I semangat siswa berada pada kategori baik dengan skor 4, pada siklus II ini menjadi sangat baik dengan skor 5. Perhatian siswa pada saat mendengarkan penjelasan guru dan tanggapan siswa terhadap penjelasan guru berkategori sangat baik dengan skor 5. Siswa yang aktif bertanya pada siklus II ada 5 siswa, satu orang siswa putra dan empat orang siswa putri.

Jenis perilaku kedua yang diamati adalah keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Untuk perilaku ini mencapai skor 12 atau 80%. Sasaran yang diobservasi ada tiga, yaitu keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa masih berada pada kategori baik dengan skor 4. Sebagian besar siswa serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Perilaku siswa dalam mengerjakan tugas masih dikategorikan baik dengan skor 4, karena sebagian besar siswa mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Sasaran yang ketiga yaitu ketepatan waktu siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, pada siklus II ini hampir 80% siswa dapat selesai tepat waktu sehingga dapat dikategorikan baik dengan skor 4. Dari kedua jenis perilaku yang diamati dan beberapa sasaran observasi diperoleh skor 35 atau 87,5%.

2. Jurnal

Jurnal yang digunakan pada siklus II ini masih sama dengan siklus I, yaitu jurnal siswa dan jurnal guru yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang.

A. Jurnal Siswa

Jurnal siswa pada siklus II menunjukkan bahwa mereka cukup tertarik mengikuti pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang. Mereka juga semakin mengenal dan memahami perangkat huruf Jawa dan kesulitan yang dialami pada siklus I mulai dapat diatasi pada siklus II ini.

Setelah mengikuti pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang para siswa berpendapat bahwa mereka lebih mudah memahami dan mengenal perangkat huruf Jawa, karena materi yang diberikan bertahap atau berjenjang.

B. Jurnal Guru

Dari hasil jurnal guru diketahui bahwa pada siklus II kegiatan pembelajaran berlangsung lebih baik dari siklus I. Siswa yang aktif mengikuti pembelajaran mencapai 98% dan hanya beberapa siswa yang belum dapat berkonsentrasi terhadap pembelajaran. Selain itu materi bacaan dan teknik pembelajaran yang digunakan guru ditanggapi dengan sangat baik oleh para siswa. Pada siklus II ini situasi atau suasana kelas jauh lebih tenang dari pada situasi atau suasana kelas pada siklus I. Sebagian besar siswa sudah dapat menerapkan membaca dalam hati, meskipun beberapa siswa masih belum dapat menerapkan teknik membaca tersebut. Sementara itu untuk beberapa siswa yang memiliki perilaku tidak disiplin pada siklus I, pada siklus II ini mereka sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan jauh lebih disiplin dari sebelumnya.

3. Wawancara

Wawancara pada siklus II ini dilaksanakan setelah hasil tes siklus II diketahui. Wawancara masih dilaksanakan peneliti di luar jam pelajaran dan dilakukan terhadap sembilan siswa, 3 siswa dengan nilai tinggi, 3 siswa dengan nilai sedang, dan 3 siswa dengan nilai rendah.

Dari hasil wawancara siklus II menunjukkan bahwa pada dasarnya mereka senang dengan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang. Salah satu siswa mengaku sangat suka dengan huruf Jawa. Tiga siswa yang nilainya rendah mengaku bahwa dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa mereka merasa bosan dan jenuh, sehingga muncul perilaku ketidakdisiplinan, seperti berbicara sendiri dan mengganggu teman pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Kesembilan siswa mengaku tertarik dengan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang. Dengan adanya teknik latihan berjenjang ini, mereka mengaku pembelajaran menjadi lebih mudah.

4.1.4 Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Bacaan Berhuruf Jawa Siswa Kelas VIII G SMP 36 Semarang Setelah Mengikuti Pembelajaran melalui Teknik Latihan Berjenjang

Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, meliputi hasil prasiklus, siklus I, dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas VIII G dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa meningkat setelah mengikuti pembelajaran melalui teknik latihan berjenjang. Peningkatan keterampilan siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini.

Tabel 25. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Bacaan Berhuruf Jawa

No

Aspek

Penilaian

Nilai rata-rata tiap aspek

Peningkatan (%)

Pra

siklus

Siklus I

Siklus II

Pra Siklus I

Siklus I-II

Pra

Siklus II

Pert.

I

Pert.

II

Pert.

I

Pert. II

1

Pemahaman

Isi

Bacaan

31,7

38,53

40

40,11

42,73

7,565%

2,155%

9,72%

39,265

41,42

2

Menceritakan kembali isi bacaan

28,3

35,22

37,04

37,84

41,25

7,83%

3,415%

11,245%

36,13

39,545


Jumlah

60

75,395

80,965

15,395%

5,57%

20,965%

Rata-rata kelas

30

37,6975

40,4825

Data pada tabel 25 di atas merupakan rekapitulasi hasil tes keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa prasiklus, siklus I, dan siklus II. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata nilai mengalami peningkatan dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pada prasiklus skor rata-rata kelas sebesar 30 termasuk kategori baik. Skor rata-rata tersebut dari jumlah rata-rata masing-masing aspek. Aspek pemahaman isi bacaan pada prasiklus skor rata-rata sebesar 31,7, setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 39,265 atau meningkat sebesar 7,565%. Pada siklus II skor rata-rata aspek pemahaman isi bacaan meningkat menjadi 41,42 atau meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 2,155%. Jadi peningkatan dari pratindakan ke siklus II sebesar 9,72%. Aspek menceritakan kembali isi bacaan prasiklus sebesar 28,3. Pada siklus I mengalami peningkatan 7,83% menjadi 36,13. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II skor rata-rata aspek menceritakan kembali isi bacaan menjadi 39,545 atau meningkat sebesar 3,415%. Jadi peningkatan dari prasiklus ke siklus II sebesar 11,245%. Peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII B juga dapat dilihat pada grafik 6 berikut ini.


Grafik 6. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman

Bacaan Berhuruf Jawa

Peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa ini merupakan bukti keberhasilan teknik latihan berjenjang dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Sebelum dilaksanakan pembelajaran melalui teknik latihan berjenjang, keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa masih kurang, setelah diberlakukan teknik latihan berjenjang pada siklus I dan siklus II keterampilan siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I masih pada kategori cukup. Hasil ini sesuai dengan indikator pencapaian yaitu sebesar 65%. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa menjadi baik dan sesuai dengan indikator pencapaian yaitu 70%.

4.1.5 Perubahan Perilaku Siswa Kelas VIII G Setelah Mengikuti Pembelajaran Membaca Pemahaman Bacaan Berhuruf Jawa Melalui Teknik Latihan Berjenjang

Peningkatan keterampilan siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa diikuti pula dengan perubahan perilaku siswa. Sebelum dilakukan tindakan, kondisi awal menunjukkan baru 76% siswa yang aktif mendengarkan penjelasan guru. Mereka cukup tertarik dengan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, tetapi ada beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam memahami jenis-jenis perangkat huruf Jawa. Perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran dapat dilihat dari hasil observasi. Hasil observasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 20 berikut.

Tabel 26. Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II

No

Jenis Perilaku

Prosentase Aktifitas Siswa

Siklus I

Siklus II

1

2

Keaktifan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru

Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas yang membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa

76%

73,33%

92%

80%

Data pada tabel 26 di atas menunjukkan perubahan perilaku siswa dari siklus I ke siklus II. Kedua jenis perilaku yang diamati mengalami perubahan pada siklus II, hal ini merupakan bukti bahwa terjadi perubahan perilaku siswa setelah dilakukan perbaikan pembelajaran melalui teknik latihan berjenjang. Untuk jenis perilaku keaktifan mendengarkan penjelasan guru, pada siklus I mencapai 76% dan pada siklus II meningkat menjadi 92%. Jenis perilaku ini ada lima sasaran observasi. Siswa yang terlihat bersemangat mengikuti pembelajaran pada siklus I ada 35 siswa, sedangkan pada siklus II semua siswa terlihat bersemangat mengikuti pembelajaran. Siswa juga semakin serius dalam memperhatikan penjelasan guru. Hal ini disebabkan setiap siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, maka guru akan melontarkan pertanyaan berhubungan dengan apa yang telah dijelaskan guru kepada siswa.

Berdasarkan hasil jurnal dan wawancara ternyata pada siklus I beberapa siswa masih belum dapat memahami pasangan, angka Jawa, aksara murda, aksara swara, dan aksara rekan. Bacaan yang disajikan menurut siswa juga terlalu panjang dan sulit. Catatan yang diberikan guru menurut siswa juga perlu ditambah agar lengkap sehingga mudah dipelajari. Pada siklus II siswa mengaku lebih tertarik mengikuti pembelajaran karena mereka semakin paham dengan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Pembelajaran menurut mereka juga mengasyikkan, karena banyak diselingi humor sehingga tidak membosankan. Perubahan perilaku yang dijelaskan di atas menunjukkan bahwa teknik latihan berjenjang dapat mengubah perilaku siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Perilaku-perilaku negatif yang ditunjukkan pada kondisi awal dan siklus I berubah menjadi perilaku positif pada siklus II setelah dilakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran.

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang tahun ajaran 2006/2007 mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran melalui teknik latihan berjenjang. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa prasiklus, siklus I, dan siklus II yang selalu mengalami peningkatan pada tiap aspek penilaiannya. Seperti aspek pemahaman isi bacaan pada prasiklus nilai rata-rata 31,7, sedangkan pada siklus I menjadi 39,265 dan pada siklus II meningkat menjadi 41,42 sehingga memperoleh peningkatan 9,72%. Untuk aspek menceritakan kembali isi bacaan pada prasiklus nilai rata-rata 28,3, sedangkan pada siklus I menjadi 36,13 dan pada siklus II meningkat menjadi 39,545 sehingga memperoleh peningkatan 11,245%. Sementara itu untuk rata-rata kelas mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 15,395%, untuk siklus I ke siklus II 5,57%, dan dari prasiklus ke siklus II 20,965%.

Peningkatan nilai tes juga diikuti perubahan perilaku siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang tahun ajaran 2006/2007. Setelah dilaksanakan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang, terlihat adanya perubahan perilaku siswa ke arah positif. Perilaku-perilaku negatif siswa berubah menjadi perilaku positif siswa.

5.2 Saran

Saran yang diberikan peneliti berdasarkan pada simpulan hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Teknik latihan berjenjang dapat dijadikan alternatif untuk membelajarkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa karena telah terbukti mampu meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas VIII G SMP 36 Semarang.
  2. Penelitian mengenai peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti lain hendaknya termotivasi melanjutkan dan melengkapi penelitian ini dengan menerapkan teknik alternatif teknik pembelajaran baru yang dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa.

DAFTAR PUSTAKA

Bella, John I, 1984. Ketrampilan Pengelolaan Kelas, Jakarta :Depdibud Dikti

De Poter, Babbi. 2000, Quantum Teaching. Bandung: Kaifa

Djamanah, SB. 2000, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta

Imron Ali, 1995. Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta : Pustaka Jaya

Purwodarminto, 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PU. Balai Pustaka

Rustiyah, N.K. 1991, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sudiman, A.M, 1986, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV.Rajawali

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa sebuah Pendekatan Edukatif, Jakarta: Raja Gratindo Persada.